Siraman Rohani: Tahta, Harta, dan Wanita

Keagamaan71 Dilihat

GARUT, JABARBICARA.COM- (Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Aku hendak menjadikan khalifah di bumi.” Mereka berkata, “Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?” Dia berfirman, “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” (QS. Al Baqarah ayat 30).

Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda) seluruhnya, kemudian Dia memperlihatkannya kepada para malaikat, seraya berfirman, “Sebutkan kepada-Ku nama-nama (benda) ini jika kamu benar!”  (QS. Al Baqarah ayat 31).

IMG-20250807-WA0013
IMG-20250814-WA0000
IMG-20250807-WA0014
IMG-20250812-WA0048
IMG-20250812-WA0057

Mereka menjawab, “Mahasuci Engkau. Tidak ada pengetahuan bagi kami, selain yang telah Engkau ajarkan kepada kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana.” (QS. Al Baqarah ayat 32).

Dia (Allah) berfirman, “Wahai Adam, beri tahukanlah kepada mereka nama-nama benda itu!” Setelah dia (Adam) menyebutkan nama-nama itu, Dia berfirman, “Bukankah telah Kukatakan kepadamu bahwa Aku mengetahui rahasia langit dan bumi, dan Aku mengetahui apa yang kamu nyatakan dan apa yang selalu kamu sembunyikan?” (QS. Al Baqarah ayat 33).

(Ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat, “Sujudlah kamu kepada Adam!” Maka, mereka pun sujud, kecuali Iblis. Ia menolaknya dan menyombongkan diri, dan ia termasuk golongan kafir. (QS. Al Baqarah ayat 34).

Orang tua tempo dahulu sering menyampaikan dan bercerita bahwa kita sebagai manusia akan diuji dengan tiga ujian utama yaitu ujian tahta, harta, dan wanita. Walaupun sebenarnya ujian manusia itu sudah termaktub dalam Al Qur’an Surat Al Baqarah ayat 155 yakni:

“Dan sungguh akan Kami berikan ujian kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.

Atau dalam Surat Al Anbiya ayat 35 yang berbunyi: “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan”.

Dalam hal ini saya mencoba menelusuri perkataan orang tua tentang pernyataannya itu. Walaupun penafsiran yang cukup dangkal saya mencoba menghubung-hubungkan isi Surat Al Baqarah ayat 30 di atas dengan ayat-ayat terusannya dan ayat yang lain dalam surat yang lain. Sekali lagi dalam penafsiran yang dangkal tadi ternyata ujian manusia menurut orang tua berhubungan erat dengan awal mula diciptakannya manusia pertama yaitu  Adam dan Hawa.

Pertama: Ujian Tahta

Hal ini berhubungan dengan kesombongan iblis yang membangkang kepada perintah Alloh dengan tidak mau bersujud kepada Adam. Sebelum Iblis dan para malaikat disuruh bersujud kepada Adam, Alloh SWT telah melebihkan Adam dengan pengetahuan yang diajarkan-Nya sehingga seluruh malaikat kagum terhadap pengetahuan Adam. Ketika Alloh menyuruh untuk bersujud maka bersujudlah seluruh malaikat  kepada Adam kecuali Iblis, Ia enggan bersujud dan sombong sehingga Alloh menggolongkannya menjadi makhluk yang kufur. Alloh SWT bertanya kepada Iblis mengapa dia tidak mau bersujud kepada Adam “Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu Aku menyuruhmu?” Menjawab iblis “Saya lebih baik daripadanya: Engkau ciptakan saya dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah”. (Qur’an Surat Al ‘Araf ayat 12). Jawaban inilah yang menunjukkan bahwa iblis bangga akan asal usul kedudukannya atau tahta sehingga kedudukannya tidak boleh diambil alih oleh yang lain. Sesuai dengan janjinya yang disampaikan kepada Alloh bahwa dia akan menggoda anak turunan Adam agar bisa bersama-sama masuk neraka yang salah satunya dia akan menggoda anak cucu Adam dengan tahta.

Dari jawaban iblis di atas dapat ditarik benang merahnya bahwa iblis akan menggoda manusia dengan tahta atau kedudukan. Iblis dalam hal ini sangat membanggakan asal usul. Manusia pun ada yang berprilaku seperti Iblis bangga terhadap asal usul, bangga terhadap kedudukan, bangga karena keturunan raden, bangga karena berasal dari darah biru, bangga akan jabatan yang sedang disandang. Di balik kebanggaan tersebut juga melemahkan dan meremehkan yang lain. Dia mengangkat derajatnya tetapi merendahkan kedudukan orang.

Baca Juga:  Berdamai dengan Luka

Gen prilaku kesombongan iblis diwariskan pula kepada manusia. Karena bangganya manusia terhadap tahta atau kedudukan sampai-sampai dia rela mendapatkan kedudukan dengan cara-cara yang tidak benar, dengan cara yang tidak halal. Dia rela mengeluarkan uang yang banyak demi tahta, dia rela menyingkirkan orang dengan cara yang tidak terpuji demi tahta. Sikut kiri sikut kanan demi tahta, menginjak, memukul, memfitnah orang demi tahta. Datang ke dukun demi mendapatkan tahta. Memanipulasi demi tahta, bahkan membunuh orang demi tahta. Bagi dia tahta itu sangat urgen untuk didapatkan dan diperjuangkan walau dengan cara yang curang.

Islam mengajarkan bahwa jabatan atau tahta itu tidak boleh diminta tetapi harus melalui proses pemberian kepercayaan dari orang lain, tetapi hal itu banyak tidak terjadi pada masa sekarang. Banyak orang yang berbondong-bondong ingin jabatan di birokrasi, berbondong-bondong mendaftarkan diri ingin menjadi wakil rakyat. Mengapa demikian, karena tadi bahwa mereka berkeyakinan dengan tahta dan kedudukannya dia bisa menjadi orang penting, orang terkenal, orang berkuasa dan sebagainya.

Orang memiliki dan mendapatkan tahta atau kedudukan sah-sah saja selama benar cara mendapatkan dan memilikinya. Apalagi kalau tahta itu digunakan untuk kebaikan, melindungi orang yang lemah, melindungi seluruh bangsa dan tanah air, untuk mencerdaskan kehidupan bangsa karena tidak mungkin munculnya komunitas, organisasi, bangsa dan negara tanpa ada pemimpin yang bertahta tetapi
kalau ada orang yang bangga terhadap tahta, dia tidak amanah terhadap tahta itu berarti dia hakikatnya ahli waris Iblis yang menjadikan tahtanya itu sebagai kesombongan sekaligus ujian bagi dirinya.

Kedua: Ujian Harta

Ujian yang kedua ini pun tidak terlepas dari kontribusi Iblis yang dimulai dari menggoda nenek moyang manusia pertama yaitu Adam. Ketika Adam bersama Hawa diperintahkan Alloh untuk tinggal di surga dengan menikmati berbagai fasilitas
yang disediakan Alloh. Seluruh fasilitas Alloh boleh digunakan dan dinikmati Adam dan Hawa kecuali mereka berdua tidak boleh mendekati pohon yang dilarang oleh Alloh. Dan Kami berfirman: “Hai Adam, diamilah oleh kamu dan isterimu surga ini, dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik di mana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang zalim (Q.S. Al Baqarah ayat 35).

Adapun berdasarkan Tafsir Ringkas Kementrian Agama RI / Surat Al-Baqarah Ayat 35 ini berbunyi: Setelah persoalan dengan malaikat selesai dengan sujudnya malaikat kepada  Adam, dan persoalan dengan iblis juga selesai dengan menolaknya iblis untuk sujud kepada Adam, maka pada ayat ini Allah memerintahkan kepada Adam dan istrinya, hawa, untuk menghuni surga sebagai penghormatan kepadanya. Inilah bentuk lain dari anugerah dan kenikmatan yang Allah berikan kepada manusia di samping menjadi khalifah dan sujudnya malaikat kepadanya. Dan kami berfirman, wahai adam! tinggallah engkau dan istrimu di dalam surga, yakni surga yang dijanjikan Allah bagi orang mukmin di akhirat kelak, atau bisa juga berarti suatu taman. Allah melanjutkan firman-Nya, dan makanlah dengan nikmat berbagai makanan yang ada di sana sesukamu secara bebas, di mana saja, dan kapan saja. Tetapi, Allah mengingatkan mereka agar jangan memakan satu buah tertentu, bahkan melarang mereka mendekati tanaman tersebut, karena mendekatinya dapat menggoda mereka untuk memetiknya. Janganlah kamu dekati pohon ini, lalu setan memperdayakan keduanya dengan berbagai macam cara agar mereka keluar dari dalam surga sehingga keduanya benar-benar dikeluarkan dari segala kenikmatan ketika keduanya di sana, yakni di dalam surga.

Sebagai manusia yang tercipta dari tanah liat (materi), Adam mempunyai titik lemah yaitu keinginan untuk tetap abadi di dalam surga, karena surga adalah gudangnya materi. Adanya materi berarti keabadian. Setelah nabi adam dan hawa memakan buah larangan tersebut, keduanya mendapatkan sanksi berupa terlucutinya pakaian mereka sehingga mereka berdua mencari penutup auratnya dengan daun-daun pepohonan surga. Di samping itu, Allah memerintahkan mereka untuk turun ke dunia. Dan kami berfirman, turunlah kamu! sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain, yakni antara manusia (nabi adam) dengan setan, atau bisa juga antar sesama manusia. Dan bagi kamu, manusia dan setan, ada tempat tinggal dan kesenangan di bumi sampai waktu yang ditentukan, yakni hari kiamat.

Baca Juga:  Kemenag Garut Gelar Dialog Kerukunan Umat Beragama: Memperkuat Pertahanan Nasional dalam Bingkai Harmoni Beragama

Harta yang digambarkan dengan buah yang dilarang didekati apalagi sampai dimakan oleh Adam dan Hawa akan senatiasa menjadi ujian bagi manusia selama hidupnya. Demi harta banyak manusia yang lupa akan jati dirinya. Harta yang baik bahkan penuh keberkahan ketika didapat dengan cara yang benar lagi halal tetapi bisa jadi hal itu sebaliknya. Rakyat kecil demi mendapatkan harta rela dia harus mencuri walaupun hasil curiannya dari rakyat kecil juga. Karena harta seorang pejabat melakukan korupsi, tidak peduli yang dikorupsi itu merupakan hak rakyat kecil, dia sudah buta terhadap aturan yang berlaku. Bahkan membuat aturan yang isinya membuka ruang untuk melakukan korupsi. Seorang anggota wakil rakyat walaupun penghasilannya sudah besar masih tidak puas dengan penghasilannya tersebut sehingga dia melakukan korupsi. Seorang Menteri yang bukan saja penghasilannya besar namun fasilitas negara pun diberikan kepadanya masih saja melakukan korupsi. Demi harta orang mencuri, demi harta orang berjudi, demi harta orang korupsi, demi harta orang memanipulasi, dan demi harta pun orang ada yang tega membunuh.

Sangat dibenarkan manakala orang mengusahakan dan memiliki harta asalkan harta itu digunakan untuk mendekatkan diri kepada Alloh. Usaha apapun yang penting halal dibenarkan berdampak harta. Harta yang digunakan untuk berinfaq dan sodaqah akan mengalirkan pahala kepada yang berinfaq dan bersodaqah tersebut sampai hari kiamat walaupun yang bersangkutan telah meninggal dunia (HR Muslim dan QS Al Munafiqun ayat 10).

Ketiga: Ujian Wanita

Konon setelah Adam dan Hawa diusir oleh Alloh dari surga ke muka bumi, maka Adam dan Hawa hidup bersama membangun rumah tangga. Proses membangun tangga pun tidak serta merta berjalan lancar karena keduanya ketika diturunkan Alloh dari surga mereka ditempatkan pada tempat yang berbeda dan berjauhan yang akhirnya dalam kurun waktu yang cukup lama mereka bisa bertemu kembali di sebuah tempat yang sekarang diberi nama Pada Arafah atau Padang pertemuan. Dari tempat itulah mereka memulai perjalan hidup rumah tangga.

Seperti yang diceritakan dalam sebuah artikel Pondok Yatim dan Dhu’afa bahwa dari hasil berumah tangganya Adam dan Hawa mendapatkan dua keturunan kembar yaitu Qabil  dan Iklima serta Habil dan Labuda.  Qabil dan Habil adalah putra dari Nabi Adam dan Siti Hawa yang masing-masing dilahirkan dengan memiliki seorang kembaran perempuan. Qabil dilahirkan bersama kembaran perempuan yang anggun dan mempesona, sementara kembaran Habil sebaliknya.

Kemudian, Nabi Adam menerapkan kebijakan yang tentunya merupakan perintah Alloh untuk menikahkan keduanya secara silang. Qabil dinikahkan dengan kembaran Habil yaitu Labuda yang tidak secantik kembarannya dan Habil mendapatkan kembaran Qabil yaitu Iklima yang cantik. Qabil yang merasa dirinya jauh lebih baik daripada adiknya tidak terima dengan pembagian perjodohan tersebut mengajukan protes kepada Nabi Adam.

Qabil berkata, “Aku lebih berhak terhadapnya (kembaran Qabil) dan dia (Habil) lebih berhak terhadap saudaranya (kembaran Habil). Ini bukanlah ketentuan Allah, melainkan pendapatmu sendiri”. Kemudian sebagai kepala keluarga, Nabi Adam memberikan solusi atas protes yang diajukan oleh Qabil.

Nabi Adam memerintahkan kedua anaknya untuk berkurban. Kurban siapa yang diterima oleh Allah, maka lebih berhak terhadap kembaran Qabil. Qabil adalah seorang petani dan Habil seorang peternak. Sudah menjadi kebiasaan bagi keduanya untuk melakukan kurban, Qabil dan Habil pun berkurban dengan apa yang mereka punya.

“Dan ceritakanlah (Muhammad) kepada mereka kisah kedua putra Adam (Habil dan Qabil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan kurban, maka diterima dari salah seorang dari mereka (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). Qabil berkata (kepada Habil): “Aku pasti membunuhmu!” Habil menjawab: “Sesungguhnya Allah hanya menerima (kurban) dari orang-orang yang bertakwa.”  (Q.S. al Midah ayat 27).

Baca Juga:  8 Cara Hidup Sehat Ala Rasulullah, Simak !!

Kisah Qabil dan Habil yang sesuai Al-Quran dan Hadits menjelaskan di dalam tafsir yang ditulis Ar-Razi, diterangkan bahwa Qabil berkurban jagung jelek dan Habil berkurban dengan kambing. Ternyata, kurban yang dipersembahkan Habil habis dilalap api dan kurban milik Qabil tidak tersentuh api sama sekali. Pada waktu itu api yang muncul melalap kurban merupakan simbol dari Tuhan. Jika kurbannya dilalap api, artinya kurban tersebut diterima oleh Allah. Melihat kurbannya sama sekali tidak tersentuh api, Qabil sangat murka terhadap Habil karena kembarannya yang cantik akan menikah dengan adiknya, Habil.

Akibat rasa cemburu itu, Qabil kemudian membunuh Habil secara diam-diam tanpa diketahui oleh Nabi Adam agar tidak bisa menikah dengan kembarannya. Habil tidak melakukan perlawanan sama sekali dan akhirnya terbunuh. Cerita yang berkembang mengatakan bahwa kejadian pembunuhan ini dipicu oleh rasa tidak terima Qabil atas berpindahnya kepemilikan kembaran Qabil kepada Habil. Sementara dalam segi paras, Qabil jauh lebih berhak untuk meminang kembarannya yang juga cantik.

Sungguh jika engkau menggerakkan tanganmu untuk membunuhku, aku tidak akan sekali-kali menggerakkan tangan kepadamu untuk membunuhmu.” Habil hanya pasrah karena ia takut kepada Allah dan tidak ingin menanggung dosa pembunuhan yang akan berakhir di dalam neraka.

Kisah Qabil dan Habil yang sesuai Al-Quran dan hadits ada di dalam Quran Surat al-Maidah ayat 27-31. Ayat ini menjelaskan bagaimana kronologi pembunuhan Qabil atas adiknya, Habil ternyata dipicu oleh hawa napsu terhadap keinginan untuk mendapatkan Wanita. Wanita ternyata akan menjadi ujian khususnya bagi laki-laki selama hidupnya apabila hal tersebut tidak bisa dikendalikan dengan aturan. Perbuatan kriminal pertama dan rusaknya peradaban di dunia ternyata pemicunya adalah hawa napsu terhadap wanita.

Sudah bukan menjadi rahasia umum bagaimana seorang laki-laki yang tidak tahan terhadap ujian dari Wanita. Demi wanita seorang pejabat melakukan korupsi, gratifikasi, pungli, dan manipulasi. Karena hawa napsu tidak pandang bulu apakah wanita itu masih sendiri atau sudah bersuami yang penting dia harus dapat dimiliki. Halal dan haram buka perkara yang harus diperhatikan. Apalagi bagi mereka yang bertahta serta berharta, wanita harus menjadi penyerta, bagaimana raja tempo dahulu umumnya mereka memiliki wanita yang banyak melebihi ketentuan agama bahkan mereka pun memiliki selir.

Agama mengajarkan bahwa manusia (pria) diperintahkan Alloh untuk menikahi Wanita. Di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah bahwa Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari (jenis) dirimu sendiri agar kamu merasa tenteram kepadanya. Dia menjadikan di antaramu rasa cinta dan kasih sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir. (QS. Ar Ruum ayat 21).

Dan di antara tanda-tanda kebesaran-Nya ialah bahwa Dia telah menciptakan pasangan-pasangan untukmu, laki-laki dengan perempuan dan sebaliknya, dari jenismu sendiri agar kamu cenderung dan mempunyai rasa cinta kepadanya dan merasa tenteram bersamanya setelah disatukan dalam ikatan pernikahan; dan sebagai wujud rahmat-Nya. Dia menjadikan di antaramu potensi untuk memiliki rasa kasih dan sayang kepada pasangannya sehingga keduanya harus saling membantu untuk mewujudkannya demi terbentuknya bangunan rumah tangga yang kukuh. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda kebesaran Allah bagi kaum yang berpikir bahwa tumbuhnya rasa cinta adalah anugerah Allah yang harus dijaga dan ditujukan ke arah yang benar dan melalui cara-cara yang benar pula. (Tafsir Wajiz).

Selama cara mendapatkan wanita itu sesuai syari’at maka itu diperbolehkan. Pernikahan antara pria dan wanita tentunya untuk menumbuhkan rasa ketenangan, mencintai, dan saling menyayangi (sakinah, mawadah, warahmah), tetapi ketika wanita dijadikan sebagai sarana melampiaskan hawa napsu, didapat dengan cara yang membabi buta, tidak melalui proses pernikahan maka bisa jadi itulah cerita orang tua bahwa dia merupakan ujian bagi laki-laki. Wallohu ‘Alam

Oleh: Rahmat Setiadi
Kepala SMP Muhammadiyah Tarogong /
Sekretaris PC Muhammadiyah Tarogong [JB]

Posting Terkait

Jangan Lewatkan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *