BANDUNG, JABARBICARA.COM – Penyelenggaraan ibadah Haji 2025 kembali menuai sorotan tajam setelah muncul beragam keluhan dari jamaah Indonesia, khususnya terkait persoalan transportasi, akomodasi, dan layanan di titik-titik krusial selama puncak ibadah haji. Sorotan ini salah satunya datang dari H. Fitrah Dani Ahmadsyah, M.Sos., atau yang akrab disapa Kang Fit, Wakil Sekretaris PW GP Ansor Jawa Barat.
Kang Fit menyoroti sejumlah persoalan serius, seperti keterlambatan armada bus dari Arafah menuju Muzdalifah dan Mina pada malam 9 Zulhijah. Keterlambatan ini memaksa banyak jamaah menunggu berjam-jam di bawah panas dan debu gurun tanpa kepastian, menyebabkan kelelahan dan dehidrasi, terutama bagi jamaah lanjut usia.
“Seharusnya pemerintah dan pihak penyelenggara sudah mengantisipasi kemacetan dan lonjakan volume kendaraan saat puncak haji. Ini bukan tahun pertama kita menghadapi hal ini,” ujar Kang Fit melalui seluler, Jumat (13/6/2025).
Tak hanya itu, kondisi tenda di Mina juga dinilai tidak layak. Banyak tenda yang dilaporkan sempit, tanpa pendingin memadai, minim ventilasi, dan kekurangan fasilitas sanitasi. Beberapa jamaah bahkan harus tidur berdesakan dalam suhu tinggi, meningkatkan risiko penyakit dan stres fisik.
“Jamaah membayar cukup mahal untuk layanan ini, tapi kenyataannya jauh dari harapan. Tenda sangat sempit, kipas angin tidak berfungsi, dan untuk ke kamar mandi harus antre lama,” keluh seorang jamaah asal Jawa Barat.
Permasalahan akomodasi pun tak luput dari sorotan. Kang Fitrah mengaku kecewa karena dirinya yang berangkat haji bersama ibunda tercinta, yang sudah berusia 78 tahun, harus ditempatkan berbeda hotel yang berjarak lebih dari 1 km. Hal ini sangat menyulitkan lansia, terlebih ibundanya tidak memahami penggunaan ponsel pintar yang disyaratkan untuk mengakses informasi melalui aplikasi digital seperti Nusuk, Google Maps, dan kanal komunikasi lainnya.
“Sungguh tidak ramah lansia. Mereka seakan dilupakan dalam sistem yang mengedepankan digitalisasi tanpa empati,” tegasnya.
Keluhan lain yang banyak dialami jamaah Indonesia antara lain:
- Keterlambatan pengiriman koper besar, bahkan ada yang baru ditemukan lima hari setelah kedatangan.
- Hotel yang terlalu jauh dari Masjidil Haram dan pusat aktivitas jamaah.
- Lambatnya proses administrasi, termasuk keterlambatan penerbitan Kartu Nusuk.
- Jamaah terpisah dari petugas kloter dan pendamping lansia, menyulitkan koordinasi dan bimbingan ibadah.
- Catering sering terlambat, berdampak pada kondisi fisik jamaah.
- Tidak ada angkutan dari Muzdalifah ke Mina, sehingga sebagian besar jamaah terpaksa berjalan kaki puluhan kilometer.
- Banyak jamaah terlantar di Mina, tanpa tempat istirahat yang layak.
- Tingginya angka jamaah sakit akibat kelelahan fisik dan kondisi lingkungan yang tidak mendukung.
Sementara itu, Menteri Agama RI, Nasaruddin Umar, telah menyampaikan permohonan maaf secara terbuka atas berbagai kendala dalam penyelenggaraan ibadah haji 2025. Dalam pernyataan resminya, Menag mengaku prihatin dan berjanji akan mengevaluasi total sistem layanan haji ke depan.
“Saya selaku Amirulhaj dan Menteri Agama menyampaikan permohonan maaf,” ujar Menag seperti dilansir Antara, Rabu (11/6/2025).
Menutup pernyataannya, Kang Fitrah menekankan bahwa ibadah haji seharusnya menjadi momen sakral yang didukung oleh pelayanan terbaik dari negara. Setiap kekurangan, terlebih yang menyangkut keselamatan dan kesehatan jamaah, harus menjadi prioritas utama untuk diperbaiki.
“Tanpa pembenahan menyeluruh dan sikap proaktif, kekurangan seperti ini akan terus berulang setiap tahun. Dan yang paling dirugikan adalah para tamu Allah yang telah menabung dan menunggu bertahun-tahun demi menunaikan ibadah suci ini,” tutupnya. [**]