“Santri dan Jalan Kenabian: Menyemai Iman, Menegakkan Ilmu, dan Menghidupkan Keadilan.”
Hari Santri adalah momentum untuk merenungi kembali jejak peradaban ilmu dan adab yang diwariskan oleh para ulama, pewaris perjuangan Baginda Rasulullah ﷺ.
Rasulullah tidak hanya diutus untuk menyampaikan risalah langit, tetapi juga untuk menyempurnakan akhlak, mengajarkan kebenaran dengan kasih, menegakkan keadilan dengan hikmah, dan memperjuangkan kemaslahatan umat dengan kesabaran.
Dalam diri seorang santri, kita menemukan cerminan akhlak Rasulullah ﷺ:
- Ketundukan dalam belajar, seperti tawadhu’nya sahabat kepada Rasul;
- Kesabaran dalam perjuangan, seperti sabarnya Nabi di tengah penentangan;
- Keikhlasan dalam pengabdian, seperti tulusnya Nabi mengajar tanpa pamrih;
- Keberanian dalam menegakkan kebenaran, seperti tegasnya Rasul dalam menolak kezaliman.
Santri bukan sekadar murid pesantren; santri adalah pewaris nilai-nilai profetik — nilai kenabian yang menuntun manusia agar hukum, ilmu, dan moral berjalan dalam satu garis lurus menuju ridha Allah SWT.
Dalam makna ini, santri adalah penjaga nurani bangsa, yang menyalakan cahaya tauhid di tengah gelapnya pragmatisme, dan menegakkan keadilan di tengah retaknya nilai kemanusiaan.
Sebagai advokat dan pengabdi hukum, kami memetik hikmah dari jejak Rasulullah ﷺ bahwa hukum sejati adalah cahaya yang bersumber dari keadilan dan kasih sayang.
Hukum yang kering dari nilai-nilai ruhani akan kehilangan rohnya, dan keadilan yang tak ditopang oleh cinta akan menjadi alat kekuasaan, bukan rahmat bagi manusia.
Kami percaya, sebagaimana Rasulullah ﷺ membangun masyarakat Madinah dengan landasan ukhuwah, musyawarah, dan keadilan, maka santri hari ini memiliki misi suci yang sama — menjadi jembatan antara ilmu dan kemaslahatan, antara hukum dan nurani, antara dunia dan akhirat.
Selamat Hari Santri Nasional 2025
“Meneladani Rasulullah ﷺ, Menjadi Santri Sejati yang Menyuarakan Keadilan dan Menebarkan Rahmat bagi Semesta.” [JB]