Tingkat inflasi pada semester I-2025 lebih tinggi bila dibandingkan tren pada beberapa tahun terakhir, yakni sebesar 1,24 persen pada 2023 dan 1,07 persen pada 2024.
“Selama semester I tahun 2025, komoditas yang sering muncul sebagai penyumbang inflasi bulan ke bulan (month-to-month/mtm) adalah emas perhiasan, yang muncul enam kali dalam satu semester ini,” kata Deputi Statistik Bidang Distribusi dan Jasa Badan Pusat Statistik (BPS) Pudji Ismartini dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa.
Menurut Pudji, emas perhiasan terus mengalami inflasi sejak September 2023. Dan komoditas berikutnya yang menjadi penyumbang utama inflasi semester I-2025 adalah beras, ikan segar dan tarif angkutan udara.
Sedangkan bila ditinjau secara komponen, kelompok bahan makanan yang yang memiliki kecenderungan harga bergejolak (volatile food) konsisten menjadi komponen penyumbang utama inflasi, baik secara bulanan maupun secara tahunan (year-on-year/yoy).
Secara umum, inflasi bulanan pada Juni 2025 tercatat sebesar 0,19 persen dan secara tahunan 1,87 persen.
Sebagai catatan, harga emas global dan lokal menunjukkan tren kenaikan yang signifikan sepanjang tahun 2025. Kondisi itu mencerminkan status emas sebagai aset safe haven atau tempat penyimpanan yang aman di tengah ketidakpastian ekonomi dan geopolitik seperti saat ini.
Salah satu penyebab harga emas meroket adalah karena adanya pengumuman tarif Trump yang berimplikasi pada ketidakpastian tinggi dalam ekonomi global dan meningkatkan risiko resesi, terutama di Amerika Serikat (AS).
Selain itu, konflik perdagangan antara AS dan China yang memanas juga membuat orang-orang memilih untuk membeli emas. Di tengah ketidakpastian dan risiko global, emas dianggap menjadi kelas aset yang paling dicari. [Ant]