Gen-Z dan Jalan Perubahan Hakiki

Opini238 Dilihat

Oleh Maya Desmia P
Pendidik Generasi

Fenomena generasi Z (Gen-Z) kini menjadi sorotan. Mereka tampil di ruang publik dengan cara khas: menyuarakan kritik lewat media sosial, poster kreatif, meme, hingga konten estetik. Psikolog Anak dan Remaja, Anastasia Satriyo, menyebut ekspresi Gen-Z ini sebagai mekanisme pertahanan diri yang berbeda dari generasi sebelumnya. Mereka memilih berbicara tanpa merusak fasilitas.

IMG-20251027-WA0189
IMG-20251022-WA0027
Polish_20251022_100850314
20251021_230301

Namun, di sisi lain, sebagian remaja bahkan ikut turun ke jalan. Menurut Psikolog UI, Prof. Rose Mini Agoes Salim, demonstrasi bisa menjadi sarana belajar menyampaikan pendapat, tetapi remaja rentan terprovokasi karena kontrol diri belum matang. Fakta ini menunjukkan adanya energi besar pada generasi muda yang belum terarah secara jelas.

Baca Juga:  Pendidikan Bermakna sesuai Fitrah, Hak Anak, dan Masa Depan Garut di Hardiknas 2025

Klasifikasi psikologis tentang Gen-Z sejatinya tidak netral. Ia lahir dari paradigma kapitalisme yang lebih menekankan adaptasi sosial ketimbang kesadaran politik. Alhasil, energi perubahan yang ada justru diarahkan agar konflik diminimalisasi, bukan dituntun menuju perubahan hakiki.

Padahal, sejak penciptaannya manusia membawa naluri baqa (naluri mempertahankan diri), dorongan untuk menolak kezaliman dan memperjuangkan kebenaran. Naluri ini tidak cukup dipandu teori psikologi, tetapi butuh arahan syariat. Islam telah menetapkan bahwa rakyat memiliki kewajiban muhasabah lil hukkam — mengoreksi penguasa zalim dengan cara yang benar termasuk di kalangan gen Z. Allah berfirman:
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik.” (QS. An-Nahl: 125).

Baca Juga:  PR BESAR KDM-ERWAN

Rasulullah ﷺ pun bersabda: “Pemimpin para syuhadā’ adalah Hamzah bin Abdul Muthalib, dan (juga) seorang laki-laki yang berdiri di hadapan penguasa zalim, lalu ia memerintahkannya kepada kebaikan dan melarangnya dari kemungkaran, kemudian penguasa itu membunuhnya.” (HR. al-Hakim)
Sejarah Islam menunjukkan, pemuda selalu menjadi garda perubahan. Rasulullah ﷺ membina generasi muda seperti Ali bin Abi Thalib dan Mus’ab bin Umair yang berani mengorbankan harta, tenaga, bahkan nyawa demi tegaknya Islam. Mereka tidak hanya menuntut perubahan, tetapi menempuh jalan taghyir (perubahan hakiki) dengan tuntunan wahyu.

Gen-Z hari ini pun memiliki potensi yang sama. Kreativitas digital, keberanian bersuara, dan kepedulian mereka pada isu-isu sosial adalah modal besar. Tetapi tanpa arah ideologis, energi itu rawan diarahkan pada hal-hal remeh, atau justru dipadamkan oleh sistem kapitalisme.

Baca Juga:  “Dari Jalanan ke Nurani : IPM dan Panggilan Kemanusiaan”

Perubahan tidak cukup hanya viral di media sosial atau turun ke jalan tanpa konsep. Perubahan sejati adalah mengembalikan kehidupan kepada aturan Allah secara menyeluruh. Hanya dengan Islam kaffah, energi besar Gen-Z akan menemukan makna.

Gen-Z adalah generasi yang haus akan keadilan. Tugas umat hari ini adalah mengarahkan semangat mereka agar tidak berhenti pada ekspresi kreatif semata, tetapi bergerak menuju perjuangan ideologis sebagaimana dicontohkan Rasulullah ﷺ dan para sahabat muda.

Gen-Z telah berbicara tentang perubahan. Kini tinggal pertanyaannya: apakah mereka siap menjadikan Islam sebagai ideologi yang menuntun langkah? Bila ya, maka kebangkitan umat bukan sekadar kemungkinan, melainkan kepastian yang tinggal menunggu waktu. Wallahu’alam bissawab. [**]

Jangan Lewatkan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *