Terkait Dana Desa Kades di Garut Sampaikan Aspirasi dan Buka Suara di Jakarta GARUT,

Garut64 Dilihat

GARUT, JABARBICARA.COM — Ditengah teriknya panas matahari Jakarta di kawasan Patung kuda dekat areal Monumen Nasional (Monas), ribuan kepala Desa dan Perangkat Desa se Indonesia menyampaikan pendapat di muka umum, menyuarakan aspirasi terkait sejumlah hal , salah satunya Dana Desa,  Senin (08/12/2025).

IMG-20251124-WA0038
IMG-20251124-WA0039
IMG-20251118-WA0104

Asep Haris kepala Desa Sukalilah Kecamatan Sukaresmi kabupaten Garut salah satu peserta aksi dari kabupaten Garut Jawa Barat kepada Media, membeberkan pendapat dan suara nuraninya terkait Dana Desa, berikut petikan Tulisan Asep Haris yang di terima Redaksi

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Saudara-saudara sekalian, hari ini saya ingin berbicara dari hati nurani paling dalam.

Terlalu sering kita mendengar masyarakat berkata, “Desa itu korup,” “Desa tidak mampu mengelola anggaran,” “Desa cuma jadi tempat buang-buang uang.”

Tetapi izinkan saya bertanya kepada seluruh rakyat Indonesia: benarkah begitu?
Atau apakah kita hanya melihat dari jauh tanpa tahu bagaimana desa sebenarnya berjuang mengatasi berbagai persoalan yang terjadi di wilayah dan masyarakatnya?

Tidak semua desa itu korup.
Bahkan faktanya, hanya segelintir oknum yang bersalah, dinyatakan bersalag oleh Pengadilan. tetapi seolah olah seluruh desa yang dihukum dalam opini publik yang terjadi.
Padahal banyak kepala desa bangun sebelum subuh untuk menyelesaikan laporan keuangan, banyak perangkat desa bekerja dengan fasilitas minim, tanpa komputer, tanpa pelatihan yang memadai, namun tetap dituntut sempurna seperti kementerian dalam menjalankan tugas tugasnya dengan berbagai pasilitas penunjang dan Anggaran yang memadai.

Ketika jalan rusak, warga datang ke desa.
Ketika ada anak putus sekolah, keluarga datang ke desa.
Ketika warga miskin kesulitan makan, desa yang pertama disalahkan.
Tetapi ketika Anggaran dipotong atau dialihkan, siapa yang membela desa?

Desa bukan koruptor.
Desa adalah barisan pertama yang menghadapi kemiskinan, penjaga ketahanan pangan, benteng sosial masyarakat, dan pelindung republik dari ketimpangan.
Desa bekerja dalam sunyi. Tidak ada kamera, tidak ada headline media, tidak ada tepuk tangan.
Yang ada justru tuntutan, keluhan, laporan, dan tekanan, setiap hari tanpa jeda.

Hari ini kita mendengar bahwa Dana Desa dipangkas untuk proyek KDMP.
Alasannya karena desa dianggap tidak mampu.
Pertanyaannya: mengapa seluruh desa dihukum hanya karena beberapa oknum melakukan pelanggaran?
Mengapa beban proyek nasional harus dipikul desa yang sedang berjuang membangun jalan, jembatan, posyandu, irigasi, dan layanan dasar?
Bagaimana mungkin desa diminta mandiri, tetapi ruang fiskalnya dipersempit?
Bagaimana mungkin desa diminta berinovasi, tetapi oksigen anggarannya dikurangi?

Kami tidak menolak pembangunan.
Kami tidak anti modernisasi.
Kami mendukung digitalisasi ekonomi, kami ingin desa maju, kami ingin desa terkoneksi.
Yang kami tolak adalah cara yang menjadikan desa kehilangan haknya, kehilangan kontrol, kehilangan suara dalam pembangunan.
Kami menolak narasi yang menyalahkan desa sebelum melihat perjuangan desa.

Rakyat Indonesia yang saya hormati, lihatlah desa bukan sebagai beban negara, tetapi sebagai pahlawan yang tidak pernah diundang ke istana.
Lihatlah perangkat desa bukan sebagai penikmat anggaran, tetapi sebagai penjaga harapan masyarakat kecil.
Lihatlah ibu-ibu posyandu, pemuda karang taruna, para kader desa—mereka bekerja setiap hari, bukan untuk popularitas, tetapi demi warganya.

Desa berjuang.
Desa ingin maju.
Desa ingin sejahtera.
Desa ingin memegang masa depannya sendiri.
Karena itu, kami hanya ingin satu: jangan hukum seluruh desa karena kesalahan segelintir orang.
Jangan patahkan semangat desa yang sedang bangkit.
Jangan biarkan desa kehilangan kedaulatannya.

Jika desa kuat, Indonesia berdiri tegak.
Jika desa dilemahkan, Indonesia yang ikut rapuh.
Biarkan desa membangun, bukan dipinggirkan.
Biarkan desa tumbuh, bukan dibungkam.
Biarkan desa menjadi subjek, bukan objek kebijakan.

Hidup desa, hidup rakyat Indonesia.
Desa bukan objek, desa adalah nadi bangsa.

Merdesa….
Merdeka Desa…
Merdeka Indonesia…

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. [JB]

Baca Juga:  Diberitakan Miring di Medsos, Cahdiyana Kades Mekarwangi Sukawening Minta Warga Tenang dan Tidak Terprovokasi

Posting Terkait

Jangan Lewatkan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *