REFLEKSI MILAD MUHAMMADIYAH KE-113 TAHUN 2025 “Memajukan Kesejahteraan Bangsa”

Keagamaan99 Dilihat

Oleh: Dr. Agus Rahmat Nugraha, M.Ag (Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Garut)

GARUT, JABARBICARA.COM -Bersyukurlah atas segala nikmat Allah yang telah diberikan kepada kita sekalian dalam besaran luas yang tak pernah bisa dihitung, wa in tauddu nikmatallohi laa tuhsuha, “jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan mampu menghitungnya“(Q.S. An-Nahl: 18).
Diantara nikmat yang wajib kita syukuri tersebut bagi kita warga persyarikatan di mana pun berada adalah bahwa organisasi tempat kita berkhidmat, ruang transmisi nilai-nilai Keislaman, Keindonesiaan, Keumatan, dan Kesemestaan dalam fikrah Muhammadiyah, kini rumah belajar para pembaharu negeri itu telah berusia 113 tahun di Bulan Nopember 2025 pada kalender miladiah, sekali lagi wajib kita ucapkan alhamdulillahiladzi; binimatihi tatImu shsholihah.

IMG-20251027-WA0189
IMG-20251022-WA0027
Polish_20251022_100850314
20251021_230301

Setiap rumah berjuang memiliki ciri keunikannya tersendiri (distingsi), dan satu hal yang selalu menarik dan kerap ditunggu di setiap perhelatan milad tahunan dan atau apapun momen penting di Muhammadiyah, adalah topik yang diusung dalam momentum penting tersebut. Tahun ini ternyata tema besar milad Muhammadiyah 113 adalah “Memajukan Kesejahteraan Bangsa”. Tema ini sangat penting (crusial) sekaligus strategis secara prinsip (principal strategic).

Tema ini krusial karena telah menjadi impian panjang yang telah lama ditunggu oleh bangsa-negara secara institusional dan juga seluruh warga masyarakat di NKRI ini. Impian yang dimaksud antara lain adalah “kesejahteraan.” Hadirnya kesejahteraan adalah sesuatu kondisi utama yang menjadi ‘the ultimate concern’ dalam bentuk rupanya secara hakiki. Kesejahteraan yang tentu tidak terjebak hanya soal material bendawi, ekonomik-duniawi atau politis semata, akan tetapi yang dimaksudkan kesejahteraan disini adalah kesejahteraan lahir dan bathin-spiritual hadir sekaligus, bersama-sama, dan dapat dinikmati semua kalangan.

Kesejahteraan menjadi ‘ jantung harapan, di saat tata nilai ketuhanan dalam segala ke-esa-annya yang telah dikotori segala nista dan kelaliman umat manusia, terutama tak satunya kata dan perbuatan, di tempat terdekat masih jauhnya panggang dari api perihal kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan yang hanya slogan, kesejatian musyawarah yang di anak tirikan, dan keadilan sosial esensi kesejahteraan yang hilalnya saja sulit terbit dalam alam nyata, maka disinilah kesejahteraan menjadi titik krusial untuk dihadirkan. Yakni situasi nyaman secara lahir bathin, yang walau berat tak berhenti diperjuangkan oleh Muhammadiyah dalam segala yang diusahakannya.

Baca Juga:  Berdamai dengan Luka

Tata nilai ideal sedang terus berhadap-hadapan dengan kuasa destruktif yang semakin menggila dalam segala aneka perilaku korup, kolutif, manipulatif, dan nepotis di segala penjuru. Sejahtera publik, sejahtera bangsa, bahkan sejahtera kesemestaan dikooptasi oleh sejahtera kelompok, oligarki, dan kaum borjuis, yang menjelma menjadi minoritas yang mayoritas, yang terlalu lama lupa dan melupakan bahwa semua kuasa itu akan ada habisnya dan pastilah kembali kepada pemilik syahnya, inna lillahi wainna ilahi roji’un.

Prinsip strategis dalam tema sejahtera, selain diawali kata ‘memajukan’ sebagai spirit utama Muhammadiyah dalam perisai Risalah Islam Berkemajuan, juga menjadi strategis jika tema ini hidup dan dihidupkan oleh semua warga persyarikatan. Sebab man ahyaha kaannama ahya an-nasa jami’a, “barang siapa yang memelihara seorang manusia, maka seakan-akan sedang memelihara kehidupan semua manusia” (Q.S. Al-Maidah:32).

Kesejahteraan adalah menghidupkan dan dihidupkan. Ada hidup ada mati, semua yang hidup akan mati. Kematian sudah pasti, sehingga tak usah minta mati atau berkata siap mati, atau mati-matian, sebab mati tanpa diminta atau kita lari menghindarinya, maka kematian itu pasti datang menghampiri bagi siapa saja. Berbeda dengan hidup, bahwa betul kehidupan adalah kuasa Allah, tapi kehidupan ini bisa menjadi hidup akan sangat tergantung kepada orang-orang yang telah diberi hidup tadi. Artinya kita semua, termasuk kader-kader Muhammadiyah wajib dan harus berjuang untuk menghidupkan kehidupan ini dalam makna menghidupkan nilai-nilai Islam ini sebenar-benarnya. Sejahtera dalam kehidupan ini tak lain adalah antara lain kita secara sadar dan sistematis terus memperjuangkan hadirnya kader-kader terbaik yang selalu menghidupkan agama dan menjaganya, menghidupkan nafs dan menjaganya, menghidupkan aqal dan menjaganya, menghidupkan keturunan/kaderisasi dan menjaganya, menghidupkan harta dan menjaganya, menghidupkan lingkungan dan menjaganya, dan menghidupkan serta menjaganya yang lain-lainnya. Sejahtera tetap strategis jika ada dalam proses hidup sampai proses itu berakhir. Disinilah pentingnya hadir tenaga inti, pasukan terlatih plus terdidik, yakni manusia permanen, tak lain dan tak bukan adalah kader-kader Muhammadiyah yang akan terus membela agama, kemanusiaan, dan Kesemestaan ini

Baca Juga:  Ada apa Dengan 17 Ramadhan

Dua hal yang perlu mendapatkan perhatian sebagai penutup agar para kaum baharu tetap konsisten memperjuangkan kesejahteraan:
Pertama, perlawanan nyata terhadap mental block. Semangat menghidupkan kehidupan secara mendasar perlu diawali dengan cara berpikir besar berjiwa besar. Makna ‘berpikir’ adalah kesadaran dan keinginan membaca pesan Ilahi, memahami alur, dan mencari hikmah di setiap kejadian. Makna ‘berjiwa’ tentu saja dimaknai sebagai beragama itu sendiri, yakni ber Islam yang progresif, dinamis, dan selalu inovatif dengan terus beradaptasi dengan arah zaman. Adapun ‘besar’ dalam makna pikiran dan jiwa lapang serta selalu mau bertumbuh berkembang, siap dikoreksi, dikritik dan mengkritik, serta selalu siap berbagi ilmu dan amal kemajuan dalam bentuk nyata kepemimpinan yang melayani (servant leadershif). Disinilah pentingnya membuka mainset dalam mengidentifikasi diri dan organisasi tentang hambatan utama saat langkah dimulai. Mental block adalah keadaan umum sekaligus spesialis yang selalu menjadi ‘barrier’ ketika memulai amal. Rasa tidak percaya diri, ragu, labil, mudah rapuh, merasa lemah, pesimis, sampai situasi reaksioner adalah anasir-anasir sikap mental yang senantiasa menggejala dan menggurita. Inilah yang paling awal untuk segera diatasi. Landasan utamanya tentu saja iman dan taqwa sebagai fondasi yang ditanam kuat dalam melahirkan ilmu, amal, dan tanggung jawab sosial secara universal.
Kedua, upaya memperkuat kesadaran kolektif.

Baca Juga:  Polres Garut Gelar NGAPOL di Masjid Jami Ar Rameli Wanaraja, Peringati Maulid Nabi Muhammad SAW

Hal berharga di saat manusia semakin terpolarisasi, terserak di makan zaman sebagiannya, dan sebagian lagi tidak mampu melawan digitalisasi plus kultus manusia atas manusia lain. Disinilah manusia permanen dituntut tampil mengembalikan khittoh manusia seutuhnya. Coba perhatikan pernyataan ini:
I am because we are“, sebuah filsafat Ubuntu (Afrika Kuno). Bahwa seseorang adalah manusia melalui orang lain. Makna dalam filosofi ini, hikmah nya ada kah ruang untuk bisa maju dan berkemajuan jika hanya sendiri, lalu mengandalkan “aku”, ego sentrisme atau sekedar berkumpul dalam kelompok penyembah fanatisme buta?. Tentu tidak. Apalagi rumah besar Muhammadiyah dengan segudang sumber daya manusia yang beragam, luas bentang wilayah yang dihadapi, dengan segenap nilai keutamaan menjangkau kesemestaan, maka piranti utama yang perlu selalu dijaga, tak lain tak bukan hanyalah kebersamaan, kerelaan, dan jiwa jembar (inklusif konstruktif) dengan keikhlasan sebagai ruhiyahnya. Bersama saja berat, apalah pula jika bergerak sendiri. Bersama dengan satu tujuan tak mudah, apalagi ada gerak gunting dalam lipatan, ada hati yang tidak bertaut dan ada keyakinan (false believe) yang terus menggelora. Oleh karena itulah spirit kesadaran kolektif menjadi harapan bagi kukuh kuatnya semangat memajukan kehidupan, mensejahterakan hidup bangsa ini.

Setiap masa ada orangnya, setiap orang ada masanya. Inilah pernyataan sederhana, namun monumental agar asa tetap bisa dijaga, selalu ada harapan di masa depan, pun kesejahteraan bisa dihadirkan semampu dan sekuat kita karya kan. Akhirnya selamat bermilad Muhammadiyah, gerakan kita semuanya. Semoga berkah Ilahi melimpahi perjuangan kita sekalian.#tetapOptimis

Nasrun minallahi wa fathun qariib.

Posting Terkait

Jangan Lewatkan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *