Kebijakan Larangan Study Tour, Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi Meminta Maaf

Jabar350 Dilihat

BANDUNG, JABARBICARA.COM – Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi meminta maaf atas kebijakan larangan study tour yang membuat banyak orang marah.

Hal itu disampaikan Dedi saat berbincang melalui telepon seluler dengan Humas SMAN 6 Depok yang direkam dan diposting di akun akun Instagram @dedimulyadi71, Selasa (25/2/2025).

Seperti diketahui, usai pelantikan sebagai Gubernur Jabar, Dedi Mulyadi mengambil Tindakan tegas dengan memberhentikan Kepala SMAN 6 Depok karena tetap memaksakan diri untuk study tour padahal sudah dilarang.

“Kenapa maksa piknik?” tanya Dedi.

“Ada program sekolah, outing class. Di sini disebutnya kunjungan objek belajar untuk kunjungan kampus yang sudah bekerjasama,” tutur humas SMAN 6 Depok.

Sambil tertawa Dedi menjawab, buat apa jauh-jauh, padahal di Depok ada Universitas Indonesia (UI).

Baca Juga:  Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi Mengubah Jam Kerja ASN Di Bulan Ramadhan

“Ngapain jauh-jauh, di Depok ada Ul yang bagus. Tinggal bagaimana anak Depok bisa masuk ke UI, universitas bergengsi itu,” tutur Dedi.

Tak berapa lama humas SMAN 6 Depok meminta maaf atas keputusan mereka study tour.

“Nggak, nggak, ga usah minta maaf sama saya. Saya yang minta maaf bikin kebijakan yang membuat marah semua orang,” tutur Dedi.

Lalu Dedi menceritakan alasannya melarang study tour ke lokasi yang jauh. la mengambil kasus rombongan SMK di Depok yang kecelakaan di Ciater, Subang, hingga membuat 11 orang tewas.

Rupanya lokasi sekolah tersebut, tidak jauh dari SMAN 6 Depok.

“Apa ga trauma? Ke Jawa Timur naik bus lagi, ampun,” ungkap Dedi.

Baca Juga:  Sinergi Kampus dan Industri: Politeknik Negeri Jember Lakukan Kunjungan ke MAXY Academy

“Tapi, dimaafin ga?” ungkap pihak SMAN 6 Depok.

“Bukan (persoalan) maafin, emang ga tahu sekolahnya (ada) surat edaran?” tanya Dedi.

“Tahu, Pak. Tapi kami menginterpretasikannya kurang tepat. Kami mikirnya kalau imbauan itu bukan larangan. Kecuali sudah bekerjasama (diperbolehkan),” ungkap sang humas.

Mendapatkan jawaban tersebut, Dedi Mulyadi menganalogikan imbauan hujan dan badai sehingga hindari keluar rumah. Lalu kemudian warga tersebut keluar rumah hingga akhirnya menjadi korban badai.

“Kirain bukan larangan, baru imbauan,” tutup Dedi Mulyadi.

Posting Terkait

Jangan Lewatkan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *